KISAH ADAM DAN GODAAN IBLISKetika Allâh Azza wa Jalla mempersilahkan Adam Alaihissallam tinggal di surga, Allâh Azza wa Jalla telah mengingatkan Adam Alaihissallam untuk mewaspadai godaan Iblis karena dia adalah musuh bagi nabi Adam dan keturunannyaفَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَٰذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَىٰMaka kami berkata, “Wahai Adam! Sesunggunya dia iblis musuh bagimu dan istrimu, maka sekali-kali janganlah dia sampai mengeluarkan kalian berdua dari surga sehingga kamu akan celaka. [Thaha/20117]Ini merupakan sebentuk pemuliaan bagi nabi Adam Alaihissallam , karena Allâh telah memberitahukan kepada beliau siapa musuhnya yang akan berusaha mencelakakan beliau dan juga istrinya. Pemberitahuan akan membuat Nabi Adam Alaihissallam lebih berhati-hati dan waspada terhadap segala tipu daya ADAM ALAIHISSALLAM DAN GODAAN IBLIS Kedengkian serta kesombongan iblis tampak jelas ketika ia menolak perintah Allâh Azza wa Jalla yang menyuruhnya bersujud kepada Nabi Adam Alaihissallam . Ketika itu, iblis berusaha membela diri dengan mengemukakan alasan-alasan pembangkangannya. Disebutkan dalam beberapa ayat al-Qur’anقَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۖ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ ﴿٧٥﴾ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ ۖ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍAllâh berfirman, “Hai iblis! Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu merasa termasuk orang-orang yang lebih tinggi? Iblis berkata, “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”. [Shaad/3875-76]Akibat tidak mematuhi perintah Allâh Azza wa Jalla , iblis menjadi kufur dan berhak mendapatkan laknat dari Allâh Azza wa Jalla , kemudian Allâh Azza wa Jalla mengusirnya dari surga dengan penuh memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar bisa hidup sampai hari kiamat dan Allâh mengabulkan رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ ﴿٧٩﴾ قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ ﴿٨٠﴾ إِلَىٰ يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ ﴿٨١﴾ قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٨٢﴾ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَIblis berkata, “Ya Rabbku! Beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan!’ Allâh Azza wa Jalla berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh sampai pada hari yang telah ditentukan waktunya hari Kiamat.” Iblis menjawab, “Demi keperkasaan-Mu! Aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis[1] di antara mereka. [Shaad/3879-83]Sejak saat itu, Iblis mulai menebarkan permusuhannya dengan Nabi Adam Alaihissallam dan ayat yang lain, disebutkan tekad kuat iblis untuk menyesatkan manusia. Allâh Azza wa Jalla berfirmanقَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿١٦﴾ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَIblis menjawab, Karena Engkau telah menghukumku, aku benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari arah depan dan dari arah belakang mereka, dari arah kanan dan arah kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapatkan kebanyakan mereka bersyukur.’ [Al-A’râf/716- 17]Pasca keluar dari surga, Iblis membuktikan tekadnya untuk menyesatkan Nabi Adam Alaihissallam dan istrinya. Dia berusaha menggoda Nabi Adam Alaihissallam dengan berbagai cara. Yang paling jitu dan menipu yaitu ia datang kepada Nabi Adam Alaihissallam mengaku sebagai pemberi nasehat yang jujur dan ingin menunjukan sesuatu yang lebih baik kepada Nabi Adam Alaihissallam . Ini diceritakan oleh Allâh dalam al-Qura’an, diantaranya dalam firman Allâh Azza wa Jalla فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَٰذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ ﴿٢٠﴾ وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَMaka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata, “Rabb kamu tidak melarangmu mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal dalam surga.” Dan dia bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua.” [Al-A’raf/720-21]Demikianlah, untuk suatu hikmah yang dikehendaki Allâh Azza wa Jalla , akhirnya iblis berhasil menggoda Nabi Adam Alaihissallam dan istrinya. Mereka mengkonsumsi buah yang dilarang oleh Allâh Azza wa Jalla . Akibatnya, aurat mereka terlihat dan mulailah sibuk menutupinya dengan dedaunan di surga. Allâh Azza wa Jalla berfirman dalam surat al-A’raf ayat ke 22 s/d 25, yang artinya, “Maka syaitan membujuk keduanya untuk memakan buah itu dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Rabb mereka menyeru mereka, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu dan Aku katakan kepadamu, “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” Keduanya berkata, “Wahai Rabb kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang berfirman, “Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan tempat mencari kehidupan di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan”.Allâh berfirman, “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu pula kamu akan PENTINGIblis akan hidup sampai hari akan senantiasa memusuhi, menggoda dan berusaha menjerumuskan manusia ke dalam api iblis yang dipergunakan untuk memerangi bani Adam hanyalah bisikan dan menghiasi sesuatu yang buruk supaya terlihat indah dalam pandangan bani AdamLaki-laki dan perempuan berkewajiban menutupi aurat mereka masing-masingDosa menyebabkan iblis terusir dari surga begitu pula Nabi Adam Alaihissallam dan istri beliau, hanya saja Nabi Adam Alaihissallam dan istri beliau segera menyadari dan mengakui kesalahan mereka lalu bertaubat dan memohon ampunan kepada Allâh Azza wa Jalla sehingga Allâh Azza wa Jalla menerima taubat mereka serta mengampuni dosa mereka.[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun XIX/1436H/2015. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allâh Azza wa Jalla
Makacelakalah mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena apa yang merek perbuat (al-Baqarah [2] : 79) Hal ini yang kemudian menjadi alasan mengapa Nabi melarang untuk langsung menerima kabar (Riwayat Israiliyat) yang diceritakan oleh ahli kitab. Kisah-kisah Israiliyat? Saya pernah mendengar penafsiran kisah dari ayat Al-Qur’an bahwa Nabi Adam dan Ibu Hawa setelah melanggar perintah untuk mendekati pohon dengan memakan buah khuldi karena godaan syetan, terbukalah auratnya. Penafsirkan ayat ini adalah sebagai asal muasal pertama kalinya muncul jakun pada leher laki-laki dan “maaf” payudara pada wanita. Telah lama saya meyakini hal ini sebagai kisah Israiliyat. Tapi akhir-akhir ini istri saya cerita, di salah satu kuliah program pendidikan Islam pada universitas Islam negeri, dosennya memunculkan lagi kisah tersebut sebagai tafsir dari ayat itu. Ketika ditanyakan pada teman-temannya merekapun meyakini hal yang sama. Bagaimana penafsiran ayat tersebut sebenarnya? Agus Salim Jawaban Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Israiliyat adalah kisah-kisah atau kabar tentang masa lalu, baik kisah tentang para nabi atau pun orang-orang shalih lainnya. Dinisbatkan istilah ini kepada Bani Israil lantaran sumber kisah ini memang dari Bani Israil. Nama Israil sesungguhnya nama nabi Ya’qub alaihissalam. Beliau punya anak 12 orang, salah satunya nabi Yusuf alaihissalam. Ke-12 anak ini kemudian menurunkan sebuah bangsa yang di kemudian hari dikenal dengan istilah Bani Israil. Kisah israiliyat sebenarnya kisah yang bersumber dari literatur ahli kitab, yang kebanyakannya merupakan kisah yang bersumber dari orang-orang Yahudi, atau orang Islam yang dahulunya pernah memeluk agama itu. Beberapa di antara shahabat nabi SAW memang ada yang dahulu berasal dari agama itu. Misalnya, Ka’ab Al-Ahbar dan Wahab ibn Munabbih. Barangkali para shahabat yang masuk Islam itu tidak bermaksud menyampaikan cerita bohong. Sebab selama mereka memeluk agama itu, kisah-kisah itulah yang mereka punya. Ketika ada ayat Al-Quran menyinggung kisah yang sama, mereka pun memberi komentar berdasarkan apa yang mereka baca di kitab-kitab mereka sebelumnya. Kalau pun ada kebohongan dan dusta, bukan terletak pada shahabat itu, melainkan dusta itu sudah ada sejak lama dalam agama mereka sebelumnya. Mereka hanya mendapatkan imbas yang tidak enak dari agama lama mereka. Dan sebenarnya, pada titik inilah letak perbedaan Islam dan agama sebelumnya. Yaitu tidak adanya proses penshahihan sebagaimana yang kita kenal dalam sistem periwayatan hadits. Orang Yahudi tidak pernah mengenal kritik sanad, tidak kenal riwayat yang shahih, hasan, dhaif atau palsu. Semua bercampur aduk menjadi satu, tanpa seorang pun yang bisa membedakan mana kisah yang benar dan mana yang bohong. Namun Rasulullah SAW sendiri tetap bijaksana menyikapinya. Beliau tidak menggeneralisir bahwa semua kisah yang bersumber dari Yahudi pasti salah. Meski pun juga tidak bisa langsung membenarkannya. Beliau hanya mengingatkan untuk berhati-hati dalam menerimanya. Sebagaimana sabda beliau إذا حدَّثكم أهل الكتاب فلا تصدقوهم ولا تكذبوهم Bila ahli kitab menceritakan kisah kepadamu, jangan kalian benarkan dan jangan pula kalian ingkari. Al-Hadits Ukuran yang Bisa Diterapkan Namun demikian, tetap masih ada beberapa ukuran atau pedoman yang bisa kita terapkan sebagai standar untuk menerima atau menolak kisah israiliyat. Yang utama adalah bila kisah itu bertentangan dengan kisah yang ada dalam Al-Quran atau hadits nabi SAW. Baik bertentangan dari alur cerita, logika maupun dasar-dasar aqidah. Sebab dari segi aqidah, agama kita relatif agak sama dengan agama mereka. Seperti tentang Allah, rasul, kitab dan hari akhir. Perbedaan yang mendasar ada pada masalah teknis ibadah ritual. Sementara masalah aqidah tetap sama. Karena kita bisa menjamin 100% kebenaran aqidah kita, maka bisa kita jadikan tolok ukur untuk menilai penyelewengan aqidah agama sebelum Islam. Bila dari segi aqidah Islam terlihat jelas pertentangannya, maka kita bisa pastikan bahwa kisah israiliyat itu bohong dan dusta serta tidak bisa diterima. Atau bila dari segi iman kepada nabi bahwa nabi itu adalah hamba yang taat, lalu kita terima kisah dari mereka menceritakan bahwa ada nabi yang mabok, berzina, stres dan lainnya, sudah bisa kita pastikan bahwa kisah dari mereka itu salah. Atau kalau ada nabi dikisahkan mati digantung hanya pakai celana kolor saja, jelas kisah itu sangat dusta. Apalagi Al-Quran sendiri menyatakan bahwa nabi itu tidak dibunuh, tidak disalib tetapi diangkat ke sisi Allah. Kisah Israiliyat dalam kitab tafsir Banyak orang yang salah dalam mengerti kitab tafsir, sehingga menuduh bahwa sumber cerita israiliyah itu berasal dari sana. Memang benar adanya kitab tafsir yang mencantumkan keterangan dari sumber-sumber ahli kitab itu sesungguhnya harus dipahami dengan cerdas. Yaitu sekedar menghimpun data, namun belum dibedakan mana yang benar dan mana yang mitos. Tergantung dari bagaimana sikap dan tujuan para mufassir ketika menyusunnya. Ada yang lebih menekankan pencatatan semua hal yang berkaitan, meski belum lagi dilakukan proses penelitian lebih jauh. Kitab seperti ini, sebenarnya lebih dikhususkan buat para ahli sejarah dan para peneliti. Tugas mereka akan lebih ringan, karena tidak perlu lagi mengumpulkan data, tinggal meneliti saja lalu memilah mana yang shahih dan mana yang tidak. Dan di sisi lain, ada sebagai ulama tafsir yang lebih maju dansudah sampai taraf itu. Sehingga semua materi yang ada di dalam kitabnya, sudah dikaji dan diteliti ulang. Sehingga dikeluarkan kisah-kisah yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kitab-kitab tafsir seperti ini lebih memudahkan buat orang awam karena sudah siap santap. Wallahu a;lam bishshawab, wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc.KisahIsrailiyyat- Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam tidak hanya mengandung ayat yang berkaiat dengan hukum saja, tetapi juga mengandung ayat yang bercerita tentang kisah nabi-nabi dan umat terdahulu. Namun, kisah yang ada dalam Al-Qur'an hanya disebut secara umum dan tidak mempunyai penjelasan yang terperinci. Berbeda dengan kisah-kisah yang tertulis pada kitab-kitab samawi yang lain seperti dalam Taurat dan Injil. Dalam dua kitab ini, kisah-kisah lampau dijelaskan secara
Sebelum ajaran Islam datang, yang ditandai dengan diutusnya Nabi Muhammad saw kemudian meneriman Al-Qur’an sebagai mukjizat sekaligus pedoman dalam menjalankan syariat-syariat Islam, jauh sebelum itu sudah ada tiga kitab samawi yang Allah turunkan kepada para nabi sebelum Rasulullah. Pada masa diutusnya Nabi Musa as, Allah memberinya kitab suci Taurat untuk dijadikan pedoman dan sumber hidayah bagi kaumnya. Kitab ini menjadi satu-satunya referensi pada masa itu yang terus dibaca dan dipedomani. Ini terus berlanjut hingga sampai pada masa Nabi Daud as. Sebab, pada masa itu, Allah memberinya kitab suci Zabur, yang tujuannya tidak jauh berbeda dengan kitab yang diterima Nabi Musa. Kitab Zabur juga menjadi satu-satunya referensi yang memiliki otoritas mutlak untuk dijadikan pedoman hingga datangnya Nabi Isa as. Pada masa kenabian Isa, Allah memberinya kitab suci Injil yang tujuannya juga sama dengan dua kitab sebelumnya, yaitu sebagai pedoman dalam beragama dan sumber hidayah. Tiga kitab suci di atas terus dijadikan pegangan oleh para pengikutnya. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, tidak sedikit dari mereka yang berani memodifikasi tiga kitab suci ini hanya untuk kepentingan duniawi saja, sebagaimana firman Allah swt, yaitu فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ Artinya, “Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tanga mereka sendiri, kemudian berkata, Ini dari Allah,’ dengan maksud untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat.” QS Al-Baqarah [2] 79. Menurut Syekh Wahbah bin Musṭafa az-Zuhaili, ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa mengubah kitab-kitab suci Taurat, Zabur, Injil sangat haram. Selain itu, ayat ini juga mengisahkan ulama-ulama Yahudi pada masa Nabi Musa yang berani merubah kitab Taurat. Misalnya, yang awalnya haram dirubah menjadi halal, yang halal menjadi haram. Hal ini mereka lakukan tidak lain selain untuk kepentingan duniawi saja. Syekh Zuhaili, Tafsir al-Munir fil Aqidati was Syari’ati wal Aqidati wal Manhaji, [Damaskus, Beirut, Darul Fikr, cetakan kedua 1418 H, juz I, halaman 201. Dengan inilah yang kemudian menjadi alasan mengapa Nabi Muhammad melarang untuk langsung meriwayatkan kisah riwayat israiliyat, yang diceritakan oleh ahli kitab, sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda لا تُصَدِّقُوا أَهْلَ الْكِتَابِ وَلا تُكَذِّبُوهُمْ وَ قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا Artinya, “Janganlah kalian membenarkan ahli kitab, dan jangan pula kalian menyalahkan mereka. Katakanlah, Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami.’” HR Abu Hurairah. Hadits di atas menjadi sebuah representasi mutlak untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam menceritakan kisah para nabi sebelum Nabi Muhammad. Selain itu, hadits ini untuk menjadi alternatif agar terhindar dari kesalahan riwayat, bahwa jalan terbaiknya adalah tidak berkomentar tentang kisah-kisah yang disampaikan ahli kitab, memilih diam dan mengatakan bahwa kita hanya iman kepada Allah dan apa yang turun dari-Nya. Selain penjelasan di atas, penting bagi penulis untuk menjelaskan tentang beberapa sebab yang melatar belakangi masuknya riwayat tersebut dalam diskursus kajian ilmu tafsir, agar kita tahu awal mula kisah-kisah tersebut. Munculnya Kisah Israiliyat Imam Allamah Waliyuddin Abdurrahman bin Muhammad yang kemudian lebih populer popular dengan sebutan Imam Ibnu Khaldun wafat 808 H, dalam kitab muqaddimahnya menjelaskan bahwa penyebab itu tidak lain karena Al-Qur’an diturunkan kepada suku Arab padang pasir yang mayoritas penduduknya bukan ahli membaca dan menulis. Sementara Al-Qur’an sebagai kitab samawi terakhir, yang mengisahkan kehidupan para nabi dan umat terdahulu melalui lisan Rasulullah yang mulia. Hanya saja, Al-Qur’an tidak menyebutkan kisah mereka dengan terperinci dan mendetail. Misalnya, keberadaan surga, jenis pohon yang buahnya tidak boleh dimakan Nabi Adam dan Siti Hawa, kisah-kisah yang ada dalam Kitab Taurat, serta kisah para nabi sebelum Nabi Muhammad. Menurut Imam Ibnu Khaldun, keadaan seperti itu secara alami membuat para sahabat, misalnya Ibnu Abbas dan Abu Hurairah memiliki keinginan yang sangat tinggi untuk tahu lebih mendalam tentang kisah-kisah yang diceritakan dalam Al-Qur’an tentang israiliyat tersebut. Dan, yang menjadi sasaran pertanyaan para sahabat saat itu adalah orang-orang ahlu kitab yang saat itu belum masuk Islam, misalnya Abdullah bin Salam, Ka’bul Akhbar, dan Wahab bin Munabbih. Kendati pun cerita itu dari orang-orang yang mulanya menjadi ahlu kitab, para sahabat tidak langsung menerima kisah-kisah da nisi Kitab Taurat yang mereka sampaikan. Bahkan, para sahabat tidak segan-segan menegur mereka ketika tidak sesuai dengan hadits Rasulullah kemudian menjelaskan yang benar, seperti yang dilakukan oleh sahabat Abu Hurairah kepada Ka’b al-Akhbar dan Abdullah bin Salam. Hal ini para sahabat lakukan tidak lain selain bentuk kehati-hatian mereka dalam menerima kabar-kabar umat terdahulu, sebagaimana hadits riwayat Abu Hurairah di atas, bahwa Nabi Muhammad tidak sepenuhnya membenarkan tidak pula menolak secara keseluruhan. Kisah-kisah yang sesuai dengan wahyu yang disampaikan oleh Rasulullah mereka terima dan tidak ditolak sedikit pun, begitu juga kisah yang tidak sesuai dengan apa yang disampaikan Rasulullah mereka tolak. Sedangkan alasan tidak langsung membenarkan adalah khawatir apa yang mereka sampaikan merupakan kisah-kisah yang sudah terdistorsi, begitu juga tidak langsung menolak karena bisa saja ada kemungkinan kisah itu masih utuh dan benar. Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, [Damaskus, Dar Ya’rab, cetakan keempat belas 2004, tahqiq Syekh Abdullah Muhammad], juz I, halaman 490, dan Syekh Abul Hasan al-Mubarakfuri, Mir’atul Mafatih Syarah Misykatul Mashabih, 4/427. Demikian riwayat perihal awal mula tersebarnya kisah-kisah israiliyat. Secara umum, kisah ini sebenarnya sahih dan benar sesuai dengan apa yang terjadi pada masa dahulu, akan tetapi, peradaban yang terus berkembang, dengan asimilasi yang semakin plural, kisah ini terdistori dengan beragam alasan dan keperluan ahli kitab, baik secara personal maupun internal. Dengan keperluan itu, mereka berani mengubah beberapa kisah yang mereka dapati. Dengan alasan inilah, Rasulullah dan para sahabat tidak langsung membenarkan apa yang mereka sampaikan. Beberapa kisah dan riwayat dari mereka menjadi kajian yang intens di antara para sahabat saat itu. Wallahu a’lam bis shawab. Ustadż Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur.
MUSLIMIDIACOM - Kisah Cerita Nabi Idris Lengkap. Nabi Idris adalah keturunan keenam dari Nabi Adam, putra dari Yarid bin Mihla'iel (Mahlail) bin Qinan (Qainan) bin Anusy bin Shiyth (Syits) bin Adam A.S. Nabi Idris as menjadi keturunan pertama yang diutus menjadi nabi setelah Adam. Dalam agama Yahudi dan Nasrani, Idris dikenal dengan nama Henokh.
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID ZIiCjUa2Vle5hoFhtcqbOTACdaNnq1EARKCSYcUkueC2r6RSmaMa7A==